ESTETIKA
Estetika adalah salah satu cabang filsafat. Secara sederhana estetika adalah ilmu yang membahas keindahan, bagaimana ia bisa terbentuk, dan bagaimana seseorang bisa merasakannya. Pembahasan lebih lanjut mengenai estetika adalah sebuah filosofi yang mempelajari nilai-nilai sensoris, yang kadang dianggap sebagai penilaian terhadap sentimen dan rasa. Estetika merupakan cabang yang sangat dekat dengan filosofi seni.
Etimologi
Estetika berasal dari bahasa yunani aisthetike. Pertama kali digunakan oleh filsuf Alexander Gottlieb Baumgarten pada 1735 untuk pengertian ilmu tentang hal yang bisa dirasakan lewat perasaan.
Pada masa kini estetika bisa berarti 3 hal, yaitu :
1. Studi mengenai fenomena estetis
2. Studi mengenai fenomena persepsi
3. Studi mengenai seni sebagai hasil pengalaman estetis
Penilaian keindahan meskipun awalnya yang indah dinilai dari aspek teknis dalam membntuk suatu karya, namun perubahan pola pikir dalam masyarakat akan turut mempengaruhi penilaian terhadap keindahan. Misalnya pada masa romantisme di Perancis, keindahan berarti kemampuan menyajikan sebuah keagungan. Pada masa realisme, keindahan berarti keampuan menyajikan sesuatu dalam keadaan apa adanya . Pada masa maraknya de stijl di Belanda , keindahan berarti kemampuan mengkomposisikan warna dan ruang dan kemampuan mengabstraksi benda.
Konsep The Beauty And The Ugly
Perkembangan lebih lanjut menyadarkan bahwa keindahan tidak selalu memiliki rumusan tertentu. Ia berkembang sesuai penerimaan masyarakat terhadap ide yang dimunculkan oleh pembuat karya . Karena itulah slalu dikenal 2 hal dalam penilaian keindahan , yaitu the beauty suatu karya yang memang diakui banyak pihak memenuhi standar keindahan dan the ugly suatu karya yang sama sekali tidak memenuhi standar keindahan dan oleh masyarakat banyak biasanya dinilai buruk, namun jika dipandang dari banyak hal, ternyata memperlihatkan keindahan.
Sejarah Penilain Keindahan
Keindahan seharusnya sudah diniliai begitu karya seni pertama kali dibuat. Namun rumusan keindahan yang pertama kali terdokumentasi adalah oleh filsuf Plato yg menentukan keindahan dari proporsi, keharmonisan, dan kesatuan. Sementara aristoteles menilai keindahan datang dari aturan-aturan, kesimetrisan dan keberadaan.
ESTETIKA BENTUK SEBAGAI DASAR PERANCANGAN ARSITEKTUR
TINJAUAN UMUM PERANCANGAN / DESAIN
Melalui sejarah dan aktivitas manusia, desain memegang peranan penting dalam kehidupan sehari-hari. Banyak hasil karya desain yang dimanfaatkan ,sebagai contoh: motif unik yang digunakan untuk menghias kain. Bentuk-bentuk motif dekorasi ini selalu berubah dari tahun ke tahun sesuai dengan jamannya. Sumber desain juga berubah, tetapi umumnya pengaruh sumber desain terutama berasa dari alam. Timbul rangsangan dan dorongan dalam diri manusia melihat hal-hal sehari-hari disekitarnya seperti garis, pola, warna bentuk dan keadaan permukaan benda. Kemudian mulai dibentuk pengertian-pengertian yang akan membantu menghasilkan keindahan.
Kesadaran akan desain yang baik menjadi suatu bagian karakter individual yaitu cara bagaimana seseorang merasa berfikir ,dan melihat dunianya(persepsi). Persepsi manusia sepenuhnya didasarkan pada asimilasi melalui kelima inderanya. Secara praktisnya tema desain biasanya didasarkan pada aktivitas inderanya yang paling dominan yaitu indera penglihatan (vision), kemudian dibantu oleh indera lainnya. Desain yang baik hanya dapat tumbuh dan berkembang jika individu siap menyelidiki semua informasi yang didapat kemudian berkehendak untuk mencoba ,melihat, menghayati dan hidup di dalam segala sesuatu menghasilkan suatu desain. Untuk dapat mengerti lebih baik tentang keindahan (estetika) dalam obyek-obyek desain terlebih dahulu harus dipahami pengetahuan dasar elemen-elemen penunjang desain. Hasil karya seni, baik karya lukis, pahat atau arsitektur memiliki kesamaan teori dasar. Untuk menghasilkan desain yang baik ,pengetahuan dasar tersebut diterapkan melalui latihan-latihan praktis.
PENGERTIAN DASAR ARSITEKTUR
Bangunan merupakan suatu karya seni dalam bidang arsitektur. Pada jaman dahulu hasil karya ahli bangunan dipandang sebagai hasil karya seni. Salah satu aspek dari arsitektur adalah aspek seni yang dialami stiap orang dalam kehidupan sehari-hari. Ditinjau dari sudut pandang sejarahnya ,terdapat peninggalan-peninggalan bangunan yang menanjubkan dengan usia yang mencapai ratusan bahkan ribuan ,seperti misalnya Piramida di Mesir, Acropolis di Yunani dsb.kegiatan bangun-membangun sudah ada sejak jaman pra-sejarah meskipun dalam taraf dan bentuk yang sangat sederhana dan sangat primitif. Bangunan pertama yang diciptakan dan divuat manusia merupakan suatu tempat berlindung yang disebut shelter berupa lubang dan tanah ,lubang dinding tebing dan pondok-pondok tinggi di atas pohon. Secara naluri shelter ini dibutuhkan sebagai tempat berlindung dari segala ancaman:
• Fisik (kekuatan alam) seperti manusia, bianatang buas, panas matahari, angin dsb.
• Psikis (kekuatan yang dianggap ghaib) seperti petir, penyakit, gempa bumi, badai dsb.
Sampai saat ini manusia masih berlindung dari dua aspek tersebut meskipun dalam taraf yang berbeda. Tujuan utama tempat berlindung adalah perlindungan diri jasmani dan rohani.
Arsitektur sebagai aspek seni dan budaya senantiasa mengaami perubahan dan perkembangan selaras waktu, ruang dan tempat yang bersangkutan. Pada hakikatnya karya arsitektur merupakan hasil nyata dari imajinasi dan daya cipta para ahli dalam usaha meningkatkan taraf hidup. Pada kenyataan memang sejak jaman dahulu apa yang diciptakan manusia adalah keinginan untuk membuat kehidupan lenih menyenangkan dan lebih sempurna dari kehidupan sebelumnya. Selama hidupnya manusia akan selalu berusaha menemukan keseimbangan dan keselarasan antara kebutuhan jasmani dan rohani demi ketentraman dan ketenangan jiwanya. Manusia pada dasarnya mempunyai sifat dinamis, tidak pernah puas, selalu berusaha menemukan kesempurnaan batin dan jasmani. Segala sesuatu yang diciptakan manusia mempunyai maksud yang sama yaitu membuat kehidupan ini lebih menyenangkan, lebih baik dari kehidupan sebelumnya. Dalam kehidupan bermasyarakat usaha manusia adalah menciptakan lingkungan hidup yang sehat, menyenangkan, teratur, rapi, indah, dsb. Salah satu aspek dari mencipta ligkungan hidup adalah mencipta, dan mengubah bangunan. Bidang inilah yang dikenal sebagai arsitektur. Pada masa itu arsitektur digolongkan dalam salah satu dari tiga seni visual utama di samping seni lukis dan seni pahat. Perbedaannya adalah cara menikmati seni pahat hanya dengan melihat, sedangkan dalam arsitektur cara menikmati dapat dilalui dengan pengalaman memasuki ruang yang ada di dalamnya.Contoh eratnya hubungan antara seni pahat dan arsitektur adalah peninggalan candi-candi kebudayaan Hindu-Budha di Jawa Indonesia.
Dengan perkembangan masyarakat yang begitu pesat ,perhatian manusia terhadap sesamanya makin meluas, pengertian arsitektur pun berubah menjadi suatu konsep pemikiran yang menyeluruh sehingga dalam prosesnya arsitektur juga memasuki macam-macam aspek kehidupan seperti, filsafat, ekonomi, social, budaya, bahkan politik.
PERANAN ESTETIKA DALAM PERANCANGAN ARSITEKTUR
Dari uraian di atas kita dapat mengetahui bahwa perkembangan peranan arsitektur menjadi semakin meluas dan beragam, meliputi berbagai aspek kehidupan. Hal ini menjadikan tinjauan arsitektur pun menjadi bersifat lebih multi-disiplin. Dasar pemikiran menyeluruh ini telah dikemukakan pula oleh Vitruvius, seperti dikutip H.K Ishar (1992:1,2,39,73) yaitu dalam teorinya tentang keberadaan tiga aspek yang menjadi pertimbangan utama dalam perancangan arsitektur, yaitu aspek fungsi,struktur dan estetika. Aspek fungsi ini meliputi hal-hal yang berkait dengan hubungan kebutuhan pemenuhan aktivitas pengguna ruang di dalamnya, kemudahan dan kenyamanan pemakaian dan pemeliharaan bangunan, yang diperoleh melalui analisa dan perhitungan standard ukuran tertentu. Aspek fungsi ini pada akhirnya berkait pula dengan aspek estetika yaitu pemenuhan syarat psikis seperti penciptaan suasana ruang tertentu dengan tujuan ketentraman, ketenangan,kenyamanan, keamanan dalam berkegiatan. Aspek struktur berkait dengan hal-hal yang mendukung beban dan kekokohan bangunan. Bangunan structural adalah bangunan bangunan yang kokoh dan secara ekspresif ekspresif pun tampak kokoh didasari ketepatan perhitungan dan kejujuran dalam member bentuk. Hal ini juga berkaitan erat dengan aspek selanjutnya yaitu estetika. Estetika berkait dengan hal-hal yang menimbulkan keindahan bentuk dan ekspresi bangunan. Dengan pemenuhan syarat ketiga aspek pertimbangan ini diharapkan karya arsitektur mampu mewadahi secara ideal kebutuhan aktivitas manusia di dalamnya, bersifat kokoh, kuat, member rasa aman dan nyaman serta merupakan hasil komposisi yang memiliki nilai-nilai keindahan tertentu. Aspek fungsi, struktur, dan estetika saling berkait,saling menunjang dan merupakan satu kesatuan yang utuh dan menyeluruh. Uraian tersebut menjelaskan pula bahwa dasar pemikiran dalam perancangan bersifat menyeluruh,dalam arti meliputi pemanfaatan baik logika maupun perasaan atu emosi. Dalam ketiga aspek tersebut, aspek esetika dalam arsitektur yang bersifat abstrak dapat dipenuhi dengan antara lain dengan cara memenuhi kedua aspek yangbersifat logis yaitu struktur dan fungsi, seperti telah diuraikan di atas. Dengan demikian peranan estetika dalam perancangan arsitektur secara ideal ditentukan pula oleh pemenuhan syarat fungsi dan struktur ,tidak hanya melalui keindahan subyektif saja. Ada kaidah-kaidah tertentu yang harus dipenuhi untuk mendapatkan hasil yang memenuhi syarat estetis. Kaidah-kaidah ini diuraikan lebih terperinci dalam bab-bab selanjutnya dalam diktat estetika bentuk ini.
PENGERTIAN UMUM ESTETIKA DALAM ARSITEKTUR
Secara umum kita ketahui bahwa arsitektur merupakan perpaduan antara ilmu pengetahuan dan seni, dengan didukung pula oleh teori Viruvius yang menempatkan arsitektur sebagai disiplin ilmu yang memanfaatkan secara bersama rasio/logika dan emosi/perasaan. Pendekatan arsitektur menjadi bersifat multi-disiplin dan beragam antara lain melalui pendekatan seni yang didasari nilai-nilai estetis. Dengan menilai arsitektur sebagai seni berarti, teori-teori seni atau estetika harus pula diterapkan pada arsitektur.
Terdapat beberapa pengertian estetika/keindahan seperti dikutip H.K Ishar (1992:74), yaitu:
• Nilai-nilai yang menyenangkan pikiran, mata dan telinga (Kamus Oxford)
• Sesuatu itu indah kalau sesuai dengan tujuan atau fungsi atau kegunaannya (Socrates)
• Ekspresi luhur (hegel)
• Sesuatu yang structural (Schopenhauer)
• Bentuk sempurna yang ada pada alam (Baumgarten)
Teori Estetika Sebenarnya Dibagi Menjadi 3, yaitu:
1. Teori Estetik Formil
Banyak berhubungan deni seni klasik dan pemikiran-pemikiran klasik. Teori ini menyatakan bahwa keindahan luar bangunan menyangkut persoalan bentuk dan warna. Teori beranggapan bahwa keindahan merupakan hasil formil dari ketinggian,lebar ukuran(dimensi)dan warna. Keindahan terdapat dalam bentuk dan disebabkan oleh bentuk serta yang diakibatkannya. Rasa indah merupakan emosi langsung yang diakibatkan oleh bentuk tanpa memandang konsep-konsep lain. Teori ini menuntut konsep ideal yang absolut yang dituju oleh bentuk-bentuk indah,mengarah pada mistik. Dalam kritik arsitektur pemikiran demikian berpengaruh terhadap konsep yang mencari rahasia keindahan dari kaitan arsitektur dengan matematika dalam hubungan dimensi tinggi, lebar, dan ketebalan,panjan dsb menghasilkan keindahan bangunan yang dibentuk oleh segitiga, lingkaran, segilima,modul,golden section dsb.
2. Teori Estetik Ekspresionis
Teori menyebutkan bahwa keindahan tidak selalu terjelma dari bentuknya tetapi dari maksud dan tujuan atau ekspresinya. Teori ini beranggapan bahwa keindahan karya seni teutama bergantung pada apa yang diekspresikan. Bentuk adalah indah selama dapat menunjukkan ekspresinya. Dalam Arsitektur keindahan dihasilkan oleh ekspresi yang paling sempurna antara kekuatan gaya tarik dan kekuatan bahan (material). Ada pula yang mendasarkan keindahan seni adalah ekspresi idea etnim atau doktrin agama. Bahwa keindahan dan kegunaan bangunan timbul dari ekspresi karya dan pemikiran terhadap Tuhan. Timbulnya bangunan gereja gaya gothic karena menganggap gothic adalah gaya Kristen terbaik. Kini anggapan utama keindahan arsitektur adalah ekspresi fungsi atau kegunaan suatu bangunan.
3. Teori Estetik Psikologis
Menurut teori ini keindahan mempunyai tiga aspek:
1. Keindahan dalam arsitektur merupakan irama yang sedrhana dan mudah. Dalam arsitektur pengamat merasa dirinya mengerjakan apa yang dilakukan bangunan dengan cara sederhana, mudah dan luwes. Artinya keindahan ada dalam tampilan kekuatan suatu bangunan, dalam garis-garis horizontal yang tenanng, tidak menimbulkan gerak dan kesedrhanaan.
2. Keindahan merupakan akibat dari emosi yang hanya dapat diperlihatkan dengan prosedur psikoanalistik. Setiap pengalaman atau pengamatan yang sadar merupakan kejadian yang rumit. Rasa indah bukan merupakan gabungan dari perasaan; daya ingat; impulse pengamat dsb yang menggema secara serentak menyeluruh. Karya seni mendapatkan kekuatan indahnya dari reaksi berbeda secara keseluruhan.
3. Keindahan merupakan akibat rasa kepuasan si pengamat sendiri terhadap obyek yang dilihatnya.
Ketiga teori ini merupakan manifestasi untuk menerangkan keindahan dari macam-macam sudut pandang :secara mistik, emosional atau ilmiah intelektual.
Estetika dalam arsitektur menurut Ishar(1992:74-76) adalah nilai-nilai yang menyenangkan mata dan pikiran, yang merupakan nilai-nilai bentuk dan ekspresi.
Keindahan bentuk memiliki dasar tertentu,yang disebut prinsip estetika seperti: prinsip keterpaduan,keseimbangan,proporsi dan skala. Keindahan ekspresi timbul dari pengalaman melihat atau mengamati. Oleh karena yang dapat dilihat adalah bentuk maka dalam arsitektur media untuk mendapatkan ekspresi adalah bentuk bangunan. Dengan pengalaman mengamati, memasuki, menempati bangunan kita pun dapat merasakan sikap batin arsitek.
Ditinjau dari sejarahnya estetika merupakan salah satu cabang filsafat yang mulai dikembangkan sejak jaman Yunani Kuno, yang diawali oleh munculnya teori-teori keindahan menurut Socrates(keindahan bentuk berdasarkan fungsi), Plato(keindahan bentuk berdasarkan pada proporsi), Baumgarten(bentuk sempurna yang ada pada alam),pada perkembangan selanjutnya ruang lingkup estetika tidak hanya mencajup teori keindahan saja tetapi berkembang pula ke arah terapan seperti, ilmu seni, sejarah seni dll.
Teori estetika yang kemudian muncul,seperti dikutip Maryono(1982:81) antara lain adalah keindahan obyektif dan subyektif. Teori obyektif berpendapat bahwa keindahan adalah sifat(kualitas) yang melekat pada obyek. Ciri yang memberikan keindahan pada obyek adalah perimbangan antara bagian-bagian pada obyek sehingga asas-asas tertentu mengenai obyek dapat terpenuhi. Teori subyektif mengemukakan bahwa keindahan hanyalah tanggapan perasaan pengamat dan tergantung pada persepsi pengamat.
Keindahan obyektif pada mulanya tampak pada bangunan-bangunan Yunani, yang menekankan aspek skala dan proporsi. Teori-teori estetika pada masa itu menganggap bahwa keindahan merupakan hasil dari perbbandingan yang harmonis antara tinggi,lebar, luas, maupun warna sebuah bangunan. Dalam hal ini keindahan merupakan hasil dari perhitungan-perhitungan logis sebagai dasar filsafat Barat antara lain,golden section,modul,bintang lima,dll yang dikembangkan oleh Fibonacci, Leonardo Da Vinci, Le Corbusier dll.
Ukuran keindahan pada masing-masing tempat dan jaman berbeda-beda. Teori keindahan secara umum menurut dasar pemikiran Timur, seperti diuraikan Sachari (1988:29-33), antara lain didasarkan pada hubungan alam dengan semesta(Taoisme),manusia dengan masyarakat (Konfusianisme),hubungan manusia dengan yang mutlak(Budhisme). Teori keindahan ini berpengaruh terhadap bangunan,misalnya penekanan kejujuran,kesederhanaan dalam Budhisme berpengaruh pada karya seni Jepang, termasuk gaya bangunan. Keseimbangan alam merupakan ukuran keindahan menurut pemikiran Timur.
Estetika/keindahan dalam arsitektur muncul melaui ekspresi bangunan, yang didukung oleh penerapan elemen-elemen rupa tertentu. Dalammeninjau arsitektur sebagai karya visual/rupa dibutuhkan kemampuan persepsi,yang memiliki pengertian-pengertian yang dijelaskan lebih lanjut dalam uraian berikut.
PENGERTIAN PERSEPSI SEBAGAI DASAR PEMAHAMAN ESTETIKA DALAM ARSITEKTUR
Manusia sadar akan pentingnya pengaruh elemen-elemen yang membentuk lingkungannya. Dalam kenyataannya manusia telah terbiasa oleh penggolongan wujud nyata, sehingga diharapkan segalanya yang dilakukan dalam pola yang tidak biasa, akan terjadi rasa tidak seimbang. Rasa tidak seimbang dalam desain mungkin mengejutkan. Biasanya hal ini merupakan kegagalan perencana yang telah merusak identitas suatu kebiasaan untuk membenarkan interpretasi desainnya. Dengan membenarkan suatu desain, maka hal-hal di luar kebiasaan akan menjadi sahih(valid) bahkan mungkin malah akan menerimanya. Proses mendapatkan kebenaran dari desain bagi seorang perancang adalah penting terutama bila tujuan perancang adalah menghasilkan konsep interpretasi desain baru. Karena biasanya tema desain didasarkan pada indera penglihatan yang dibantu oleh indera lainnya, maka perancang harus sadar akan adanya hubungan antara kelima indera tersebut dengan efek persepsi. Persepsi dalam penglihatan umum, tidak terjadi seketika. Obyek yang diperhatikan secara sesaat (sekitar 1/5 detik) tidak akan dikenal. Kecepatan dan kedalaman persepsi tergantung pada sejumlah factor antara lain:
Kompleksitas dan peralatan obyek
Derajat kontras dan stabilitas antara obyek dan latar belakang
Statis atau dinamis
Derajat iluminasi
Pengalaman visual tidak statis, selalu bervariasi dalam pengaruh:
Pergantian warna
Terangnya cahaya menusuk mata
Gerakan pengamat
Posisi obyek dalam area penglihatan
Tanggung jawab seorang perancang adalah menciptakan suatu lingkungan yang dapat diterima secara emosional dan fisik. Pernyataan ini menguatkan cara pendekatan realistic suatu desain yaitu pendekatan yang didasarkan pada interpretasi rasional dari program kebutuhan yang jelas.
ESTETIKA BENTUK SEBAGAI DASAR PERANCANGAN ARSITEKTUR
Dari uraian-uraian di atas kita ketahui peranan estetika dalam perancangan arsitektur dan estetika bentuk merupakan pengetahuan dasar yang perlu dipahami dan diterapkan sebagai dasar kepekaan menerapkan komposisi rupa dan prinsip estetika, yang merupakan elemen-elemen perancangan dalam arsitektur.
Menurut H.K Ishar(1992:75,76)keindahan dalam arsitektur dapat ditinjau dari dua sudut pandang,yaitu:keindahan bentuk dan keindahan ekspresi. Keduanya merupakan satu kesatuan.
1. Keindahan Bentuk
Keindahan bentuk didasari oleh penerapan prinsip-prinsip estetika tertentu dalam desain seperti kesatuan, keseimbangan, tekanan, irama, keselarasan, dll, juga oleh kepekaan memilih unsure-unsur rupa seperti bahan,bentuk,tekstur,dll, yang sesuai dengan tema desain. Pencapaian keindahan bentuk ini didukung pula oleh pemenuhan aspek-aspek fisik/teknis, yaitu fungsi dan struktur. Uraian bentuk dan elemen-elemennya termasuk unsure rupa dan prinsip estetika akan disajikan pada bab-bab khusus dalam diktat ini.
2. Keindahan Ekspresi
Keindahan bentuk dapat menghasilkan keindahan ekspresi. Keindahan ekspresi dapat ditangkap tergantung pada persepsi masing-masing pengamat. Untuk memperoleh keindahan ekspresi arsitek diharapkan memiliki kepekaan yang didasari oleh sikap batin dan tujuan yang luhur. Kondisi ideal ini secara teknis antara lain dapat dipenuhi dengan memenuhi terlebih dahulu dengan jujur syarat-syarat teknis seperti fungsi dan struktur. Pada akhirnya keindahan ekspresi ini mampu pula menjadi citra arsitektur, yang didukung antara lain oleh karakter bangunan dan gaya arsitektur (H.K Ishar 1992:125-147)
Karakter bangunan dapat merupakan suasana,kesan,ekspresi fungsi,ekspresi struktur dan mampu mengekspresikan kegiatan dalam bangunan. Factor-faktor yang mempengaruhi karakter misalnya:
• Berdasar ingatan
Misalnya bentuk atap kubah dengan penerapan symbol bulan dan bintang pada bangunan masjid, atap konveks dengan symbol salib pada bangunan gereja.
• Reaksi emosi atau kesan
Misalnya garis horizontal di alam berkesan terbuka, tenang berpengaruh pula jika diterapkan dalam desain seperti penekanan garis horizontal pada tampak kursi malas, tempat tidur,dll.
• Berdasar penyajian fungsional
Misalnya dengan pemenuhan standard ukuran bentuk dan garis sesuai fungsi.
Adapun untuk mendapatkan karakter yang baik dapat dilakukan misalnya dengan cara memilih kesan umum dari unsure rupa seperti bentuk, warna, tekstur,dll. Hal-hal ini akan dipelajari lebih lanjut pada bab-bab berikut.
Gaya sebagai salah satu penentu keindahan ekspresi merupakan cara membangun/merancang secara berbeda dengan yang lain. Gaya antara lain dapat ditentukan :menurut sejarah(misalnya gaya Romanik,Byzantium,Gotik, Renaisans,Barok,International,Post-Modern,dll.)pemakaian bahan bangunan,perbedaan iklim,penerapan detail-detail sesuai tema,pribadi arsitek.
Keindahan bentuk dan ekspresi yang telah diuraikan di atas didasarkan pada kepekaan dalam memiih dan mengkomposisi unsure rupa dan prinsip estetika yang mendukung tema. Dalam hal ini bentuk sebagai wujud arsitektur menjadi obyek gubahan. Untuk itu pengetahuan bentuk beserta elemen-elemennya serta dasar-dasar komposisi menjadi materi awal yang perlu dipelajari dalam mata kuliah Estetika bentuk ini.
Minggu, 25 Juli 2010
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar